Membaca untuk Kesejahteraan ?
![]() |
| Souvenir kegiatan sosialisasi GPMB |
Di Hotel Grand Safran telah berlangsung kegiatan Sosialisasi Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca atau yang lebih populer disebut GPMB (13/09/2023). Seperti acara sosialisasi pada umumnya yang diselenggarakan di Hotel, pasti mendapatkan seminar kit, begitu juga dengan kegiatan sosialisasi ini, semua peserta mendapatkan seminar kit berupa tas yang cukup mewah, yang bertuliskan "literacy for prosperity". Ketika membaca tulisan itu, timbul sebuah pertanyaan, literasi yang bagaimana yang bisa untuk kesejahteraan? pertanyaan tersebut mungkin juga mewakili banyak orang. Kemudian pikiran ku kembali mengingat beberapa tulisan yang pernah dibaca sebelumnya.
Pertama, tulisan Berthold yang berjudul "belajar dunia kepada teks". Tulisan tersebut disampaikannya dalam acara Seminar Nasional Riksa Bahasa 10 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2016 silam. Dalam tulisan tersebut, Berthold sedikit mengkritik penggunaan istilah "literasi" yang menurutnya memang "trendi" tetapi cukup kabur, dan dia lebih senang menggunakan istilah minat baca-tulis, walaupun menurutnya istilah tersebut juga kurang jelas. Mungkin bukan tanpa alasan mengapa Berthold tidak menggunakan istilah tersebut, karena pada saat itu istilah literasi belum ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, namun tidak dengan sekarang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, yang dimaksud dengan literasi adalah “kemampuan menulis dan membaca” atau makna lainnya yaitu "Kemampuan individu dalam mengelola informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup". Selanjutnya dalam tulisan tersebut Berthold memberikan beberapa masukan terkait upaya menjadikan orang Indonesia menjadi “manusia pembaca” (Untuk lebih jelasnya bisa membaca materi yang disampaikan Berthold).
Kedua, tulisan Putu Laxman Pendit, dengan judul yang pertama “mengapa membaca itu baik” dan judul yang kedua “Membaca- Kebiasaan (?) Minat (?) Motivasi (?)”. Dari tulisan Putu Laxman Pendit yang pertama kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan konsep membaca, sedangkan dalam tulisannya yang kedua beliau mencoba memberi pengantar yang bisa kita gunakan dalam menganalisis persoalan budaya baca di Indonesia guna mewujudkan orang Indonesia menjadi “manusia pembaca” (meminjam istilah Borthold).
Setelah mengingat kembali apa yang pernah dibaca sebelumnya, saatnya back to realita, mendengarkan penyampaian dari para narasumber, dan apa yang mereka sampaikan relevan dengan apa yang saya baca sebelumnya tersebut. Seperti apa yang disampaikan oleh Putu Laxman Pendit dalam tulisnya bahwa membaca bukan lah pekerjaan yang mudah, ada tiga kemampuan yang harus dimiliki yaitu, kemampuan mengenali citra, kemampuan bahasa, dan kemampuan melakukan asosiasi (untuk lebih jelas tentang hal tersebut bisa membaca tulisannya Putu Laxman Pendit yang berjudul mengapa membaca itu baik?).
Dalam konteks literacy for prosperity, konsep membaca tidak cukup hanya berhenti pada proses perenungan teks saja, atau berhenti pada proses ketika otak melakukan asosiasi antara teks yang dilihat (dibaca) dengan teks lainnya yang sebelumnya pernah dibaca (yang tersimpan diotak) atau dengan informasi dan data yang pernah direkam oleh otak. Namun hasil dari perenungan tersebut harus direalisasikan atau diimplementasikan atau diambil sebuah keputusan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau action. Ketika Hasil dari tindakan tersebut mampu merubah orang yang melakukan kegiatan membaca tersebut menjadi lebih baik dari sisi ekonomi, perilaku, sosial dan budaya. maka apa yang disebut literacy for prosperity itu berhasil, dan agar tindakan tersebut tidak bertentangan atau merugikan orang lain, maka perlu berlandaskan pada nilai-nilai norma dan etika yang berlaku di sekitar kita. Maka konsep literacy for prosperity itu tidak mudah, sehingga perlu effort yang luar biasa, namun bukan berarti hal tersebut mustahil, karena konsep literacy for prosperitytelah berhasil di Sekolah Luar Biasa di Pangkalpinang, dengan berbagai macam keterbatasan yang dimiliki, melalui proses membaca/literasi, kemudian diimplementasikan dalam bentuk tindakan, maka siswa di SLB berhasil membuat berbagai macam kerajinan tangan yang bernilai ekonomis (Tulisan ini Pernah dimuat di Bangka Pos).

Posting Komentar untuk "Membaca untuk Kesejahteraan ?"